Sentul, Bogor — Hari pertama NGO Connect 2025 yang digelar Kitabisa.com pada 14 November 2025 berlangsung dinamis dan penuh gagasan baru. Bertempat di Bigland Hotel Sentul, Bogor, forum ini mempertemukan ratusan NGO dari berbagai daerah untuk saling belajar, memperluas relasi, dan membuka peluang kolaborasi lintas lembaga. DSM Bali turut berada dalam pertemuan ini sebagai bagian dari jaringan organisasi sosial yang aktif berkontribusi di masyarakat.

Acara dibuka dengan pemaparan dari Menteri Sosial Republik Indonesia, Saifullah Yusuf, yang menekankan pentingnya pengelolaan lembaga sosial yang profesional dan berbasis data. Dalam keynote speech tersebut, beliau menjelaskan bahwa bantuan sosial harus dimulai dari proses asesmen yang tepat agar intervensi program benar-benar menjawab kebutuhan yang ada. Untuk mendukung hal ini, Kemensos memperkenalkan DTSEN — Data Tunggal Sosial dan Ekonomi Nasional, sebuah portal data terpadu yang disiapkan untuk membantu NGO mempercepat proses verifikasi serta merancang program yang lebih akurat.

Setelah sesi tersebut, suasana berlanjut ke materi dari Vikra Iljas, CEO sekaligus Co-Founder Kitabisa.com, yang memaparkan visi ekosistem sosial Kitabisa. Dalam penyampaiannya, Vikra menyoroti bagaimana teknologi harus menjadi alat yang memudahkan masyarakat berbuat baik. Ia mengajak NGO untuk melihat Kitabisa bukan sekadar platform, melainkan ruang kolaborasi digital yang dapat memperluas dampak sosial. Menurutnya, perubahan perilaku donatur dan kebutuhan transparansi yang semakin tinggi menuntut lembaga sosial untuk lebih adaptif dan inovatif dalam menyampaikan informasi maupun mengelola program.
Diskusi berlanjut dengan talkshow yang menghadirkan Ahmad Mujahid dari Salam Setara dan Agus Budiyanto dari Forum Zakat (FOZ). Keduanya membahas bagaimana filantropi Islam dapat berperan lebih besar dalam menghadirkan solusi sosial masa kini. Mereka menekankan bahwa transparansi, akuntabilitas, dan kehadiran nyata di tengah masyarakat menjadi faktor penting yang memengaruhi kepercayaan publik. Dalam era digital yang penuh pengawasan, lembaga sosial dituntut untuk semakin terbuka dalam pelaporan dan penggunaan dana.
Memasuki sesi malam, forum kembali diperkaya oleh pemaparan Irvan Nugraha, Sekretaris Perhimpunan Filantropi Indonesia, yang memperkenalkan konsep Multi-Stakeholder Forum sebagai wadah kolaborasi lintas aktor. Irvan menjelaskan bahwa masalah sosial yang semakin kompleks memerlukan kerja bersama; NGO, pemerintah, swasta, dan komunitas harus duduk dalam satu ekosistem agar dampak yang dihasilkan lebih luas dan berkelanjutan. MSF didesain sebagai ruang yang mempertemukan para pelaku filantropi untuk merumuskan strategi bersama, bukan berjalan sendiri-sendiri.
Sebagai penutup, Edo Irfandi, Direktur Kitabisa.org, menyampaikan materi mengenai pentingnya kolaborasi demi menciptakan ekosistem NGO yang berkelanjutan. Edo menekankan perlunya NGO memiliki alat ukur dampak atau impact measurement yang terstruktur. Menurutnya, publik semakin ingin melihat bukti konkret dari setiap donasi yang disalurkan. Kejelasan dampak dan keterbukaan informasi akan memperkuat kepercayaan publik, sekaligus menjaga keberlangsungan lembaga sosial dalam menghadapi berbagai dinamika dan isu publik.
Hari pertama NGO Connect 2025 kemudian ditutup dengan sesi networking santai, di mana para peserta saling bertukar pengalaman, gagasan, dan peluang kerja sama baru. Suasana hangat ini menjadi kesempatan bagi DSM Bali untuk memperluas jejaring serta memperkaya wawasan mengenai berbagai pendekatan filantropi dan inovasi sosial dari banyak lembaga di Indonesia.