DOMPET SOSIAL MADANI

DSM Belajar dari “Pecah Telur”: Inspirasi Jutaan Wirausaha

Di dunia usaha, istilah pecah telur punya makna spesial — momen pertama kali berhasil menjual produk, tanda awal dari sebuah perjalanan panjang menuju sukses. Namun, di Tulungagung, istilah itu bukan sekadar ungkapan. Ia menjelma menjadi nama sebuah kanal media yang kini menginspirasi jutaan orang: Pecah Telur.

Benchmarking DSM ke Studio Pecah Telur

Pada 21 Oktober, tim Dompet Sosial Madani (DSM) berkunjung ke studio Pecah Telur di jantung Kota Marmer, Tulungagung. Tujuannya sederhana tapi strategis: belajar langsung bagaimana mengelola konten yang bukan hanya viral, tapi juga berdampak — baik secara sosial, jumlah penonton, hingga nilai finansial.

Studio Pecah Telur berdiri di sebuah rumah tua dengan halaman luas di Jalan Panglima Sudirman Gang 8, Tulungagung. Dari tempat sederhana itu, lahir berbagai video inspiratif yang menceritakan perjalanan para wirausahawan Indonesia.

Lahir di Tengah Pandemi

Didirikan tahun 2021 oleh Mas Agung dan Mas Ardi, Pecah Telur tumbuh di tengah keterbatasan pandemi. Saat aktivitas luar ruang dibatasi, justru di situlah peluang muncul. “Momentum pandemi adalah titik balik,” ujar Mas Agung. “Orang banyak di rumah, dan haus akan inspirasi.”

Dengan modal awal Rp20 juta untuk menyewa peralatan, mereka mulai membuat konten seputar dunia wirausaha. Kini, Pecah Telur berkembang pesat, memiliki 24 karyawan dan omzet mencapai Rp1,8 miliar per tahun. Tak hanya itu, akun media sosialnya telah menembus lebih dari satu juta pengikut.

Resep Sukses dari Pecah Telur

Dalam kunjungan benchmarking itu, DSM mencatat sejumlah pelajaran berharga dari para pendiri Pecah Telur:

  1. Momentum Harus Diciptakan
    Pandemi menjadi momen emas bagi mereka, tapi momentum bukanlah sesuatu yang selalu datang — ia harus diciptakan. Kuncinya, peka terhadap perubahan perilaku masyarakat.
  2. Riset Jadi Pondasi Konten
    Dunia digital berubah cepat. Tim Pecah Telur rutin menganalisis algoritma, tren, dan topik yang sedang hangat agar kontennya selalu relevan.
  3. Kreativitas Butuh Produktivitas
    Ide besar tak berarti apa-apa tanpa eksekusi. Kreativitas dan kemampuan teknis berjalan beriringan — satu menghidupkan, satu menggerakkan.
  4. Konsistensi Bukan Sekadar Rutin Upload
    Konsisten bukan hanya soal jadwal posting, tapi juga memperbaiki kualitas konten secara menyeluruh dari waktu ke waktu.
  5. Target yang Terukur
    Setiap konten harus punya tujuan jelas — apakah untuk meningkatkan engagement, memperluas audiens, atau memperkuat nilai ekonomi.
  6. Inovasi dan Adaptasi
    Dalam dunia digital yang terus berubah, hanya mereka yang berani berinovasi dan beradaptasi yang bisa bertahan lama.

Menjadi Inspirasi

Dari rumah tua di Tulungagung, Pecah Telur menjelma menjadi simbol semangat baru wirausaha muda Indonesia. Kisahnya memberi inspirasi bagi banyak pihak, termasuk DSM, untuk terus berinovasi dalam mengelola konten sosial yang berdampak bagi masyarakat.

“Belajar dari Pecah Telur, kami semakin yakin bahwa kreativitas dan konsistensi bisa menjadi kunci keberlanjutan lembaga sosial,” ujar salah satu perwakilan DSM usai kunjungan. (Tim Media DSM)

“Saat ini podcast sangat banyak pesaingnya, jadi harus memiliki positioning atau pembeda atau sesuatu yang menarik daripada podcast yang lainnya.”

Ikuti Kami